BANEMO DALAM LIRIKAN SEJARAH
MENUJU DESA PENDIDIKAN
DI KABUPATEN HALMAHERA TENGAH
I. Asal Mula Terbentuknya Desa Banemo
Mula-mula ada sebuah keluarga yang mendiami tempat tersebut (Banemo), asal muasal keluarga tersebut tidak diketahui secara pasti, akan tetapi menurut cerita dari tokoh masyarakat bahwa keluarga tersebut datangnya dari pesisir pantai utara tanjung Ngolopopo yaitu suatu tempat pedusunan yang disebut orang “MO”
Pada mulanya tempat tersebut (Banemo) hanyalah sebagai tempat persinggahan dan peristirahatan bagi mereka (Orang MO) dikala dalam melakukan perjalanan dalam mencari nafkah hidup mereka, sehingga tempat tersebut disebut orang dengan sebutan (BOBANE MO) yang artinya tempat persinggahan / peristirahatan orang-orang MO.
Selaku makhluk individu dan social dalam lingkungan keluarganya, akhirnya mereka membuat perkemahan agar dapat bertahan dan berteduh, sejak dari sinilah mereka memulai kehidupan baru seperti bercocok tanam dan usaha-usaha baru. Lama-kelamaan keluarga mereka yang lainpun mengikuti jejak mereka sehingga tempat tersebut sudah dapat di diami oleh beberapa keluarga yang kian hari-kian berkembang dan bertambah dengan membawah sedikit perubahan walaupun masih tradisional dan animis.
Semakin hari kian berkembang ini ditambah lagi dengan berdatangan beberapa keluarga dari : Gotowasi, dan Maba, yaitu bagian selatan Kecamatan Maba Pulau Halmahera, sehingga tempat tersebut yang dulunya hanya dikenal orang sebagai Bobane atau tempat persinggahan, namun kini sudah menjadi tempat pemukiman yang diberi nama BANEMO.
Seiring dengan berkembangnya pemukiman tersebut, mereka menginginkan agar hidup dapat teratur. akhirnya mereka bermufakat untuk memilih pemimpin / kepala desa, yang disebut (WLON) dan Imam yang disebut (Hakim Syara) yakni kepala desa dari keluarga yang datang dari Gotowasi dan Hakim syara dari keluarga Maba.
Walaupun pada waktu itu kehidupan masyarakat masih dibawah garis kebudayaan serba animis dan bersaja, tetapi sistim social sudah sangat kental dengan adanya sistem kegotongroyongan dan musyawarah yang mewarnai kehidupan masyarakat, sehingga persatuan dan kesatuan sebagai suatu ikatan keluarga yang kokoh dan kuat dengan keyakinan yang membaja.
Dengan terciptanya suasana tersebut, tidak jarang pula berdatangan berbagai keluarga dari berbagai suku diantaranya : suku sula (sanana), suku bacan, suku makean, dan bahkan ada yang berdatangan dari suku Tionghoa dan suku bangsa Arab sebagai imigran (orang yang datang dan pergi). Juga sebagai tengkulak dalam usaha perniagaan disamping hasil utama masyarakat yakni hasil kopra, dan pinang asaran yang disebut (KANCOL).
Sehingga sistem kekeluargaan masyarakat Banemo semakin beragam / Plural dan makin berkembang.
II. Sejarah Pendidikan Banemo
Dengan berkembangnya desa Banemo, sebagaiman dijelaskan diatas bahwa banyak berdatangan keluarga-keluarga dari berbagai suku-suku local dan juga ada yang berdatangan dari bangsa-bangsa lain yakni tionghoa dan Arab, bangsa Tionghoa hanya mengejar potensi yang ada di desa tersebut akan tetapi bangsa Arab disamping terpesona dengan sumber daya alam di desa Banemo mereka juga menyiarkan Agama Islam karena kehidupan masyarakat saat itu penuh dengan animisme.
Beliau adalah Almarhum Habib Ahmad Al-hadaar yang dikenal sebgai pedagang berkebangsaan Arab disamping itu memusatkan Pemikirannya dibidang Da’wah Islamiah. Dengan mendirikan sebuah Madrasah yang diberinama RAUDATUL ISLAM pada tanggal 12 Juni 1941 (4 tahun sebelum Bung Karno memproklamirkan kemerdekaan Bangsa Indonesia).
Mula-mula da’wah islamiah berupa pengajian-pengajian Al-Qur’an atau pengenalan-pengenalan huruf-huruf Arab serta mengajarkan pula tentang syariat Islam serta Hukum-hukumnya secarah Ijmaliah, sebagai dasar pendidikan dan pengajaran agama Islam terhadap masyarakat desa banemo, Khususnya kepada generasi muda agar dapat membedakan antara yang hak dan bathil serta dapat pula diamalkan dan dihayati dengan semestinya.
Namun setelah kurang lebih satu tahun Almarhum Habib Ahmad Al-Hadar dengan semangat juangnya telah mendatangkan seorang guru (ustadz) dari ternate, yang merupakan guru yang pertama kali memberikan pedidikan dan pengajaran agama islam secara formal , yaitualmarhum al-ustadz hi,Muhammad bin hi, Ibrahim hanafi. Setela beberapa tahun ikut berlayar dan belajar bersama pamanya di kota suci mekkah, dan di saat itula secara resmi masrakat dapat mengetahui bahwa taman pengajian yg dirintis dahulu oleh almarhum habib ahmad alhadar berubah menjadi pendidikan agama swasta yg sampai saaat skarang madrasa raudatul islam dimaksud masi bias berjalan sebagai mana biasa. Setahun kemudian atas usaha dari almarhum habib ahmad alhadar yg didorong pulah oleh keinginan masrakat desa banemo, beliau berhasil pula mendatangkan dua orang tenaga guru, masing-masing al jatadz abd, addul kader abd, rahim (seli tidore) dan al ustadz hasan adam (tongowai tidore) namun guru-guru tersebut kembali ke kampong halamanya masing-masing akibat pecahnya perang dunia ke 11, sehingga perkembangan madrasa raudatul islam pun menglami kemacetan, yaitu jelasya pada tahun 1943.
Pada tahun 1949 s/d 1950 al ustadz hasan kembali menjalankan tugasnya dalam melanjutkan dalam melanjutkan cita-cita masyarakat banemo. Hanya sayangnay cumin setahun ia menjalankan tugas. Sedangkan kurang lebih delapan tahun madrasah raudatul islam di tinglkan oleh guru-gurunya, walaupun masrakat kembali dalam keadaan aman serta pergolakan perang pun suda menjadi redah, disaat Negara Indonesia meraih kemerdekaanya diatas kekuasaan penjajah, namun madrasa raudatul islam pada waktu itu masi tetap dibina oleh masyarakat, dengn mengangkat murid murid nya yg dianggap mampu melanjutkan tugaspara guru-gurunya. Yaitu pada tahun 1946 s/d 1959, diantarnya :
1. Bapak abd. Razak usman
2. Bapak muhiddin abd, Hasid
3. Bapak sirajudin naya, sedangkan pda tahun 1950-1951 yaitu bapak jamali dahlan
Walaupun dengn berbagai prolema, namun bagi masyarakat dalam membina madrasa tersebut, disamping mereka menanti seorang alumnus yang akan melanjutkan studinya ke SMI gorontalo (sulut) yaitu almarhum alustdz hi, ala. Pada akhir tahun 1951 ia kembali ke banemo dengn membawa dua orang temanya yg sama-sama menyelesaikan studinya pada SMI gorontalo, yaitu almarhum Al Ustadz Abdullah Abbas (Tahane Makean) dan Al Ustadz Djafar Hasan (Gurabati Tidore).
Namun pada tahun 1956 Al Ustadz Abdullah Abbas kembali memenuhi panggilan Ilahi (meninggal) dunia, maka pimpinan madrasah dilahkan kepada Al Ustadz Djafar Hasan yaitu dari tahun 1956 sampai dengan tahun 1973. Walaupun beliau tidak dapat menjalankan tugasnya lagi karena usianya sudah lanjut, namun masih tetap bekecimpung dengan masyarakat sebsgsi pelindung dan Pembina madrasah tersebut.
Rentetan pada madrasa raudatul islam masih tetap berkesinambungan, hanya pada waktu itu pimpinan madrasa dialihkan kembali kepada Al Ustadz Arif Syamsi sebagai puitra daera dan sebagai alumnus madrasa raudatul islam yang melanjutkan pendidikanya pada SNI gorontalo, hanya setahun ia menjabat sebagai pimpinan madrasah,yaitu pada tahun 1973 s/d 1974. Akhirnya pimpinan madrasa diserahkan kembali kepada Al Ustad Jumat Syamsi dan juga sebagai putra daerah dan juga sebagai alumnus madrasah raudatul islam yang sempat melanjutkan studinya pada madrasah islamiah ternate pada tahun 1949. Namun pimpinan madrasah inipun telah sampai masa tuanya, lagi pula berbagai problematika hidup yang di hadapi akhirnya pimpinan madrasah di alihkan kepada al-ustadz Ilyas Djalaluddin, juga sebagai putra daerah dan sebagai alumunus madrasah raudatul islam yang menamatkan pendidikannya pada madrasah muallimin 4 tahun di ternate pada tahun 1969.
Karena satu dan lain hal, maka pada tanggal 21 oktober 1982 atas mufakat masyarakat dalam suatu rapat orang tua murid telah mengangkat kembali Al Ustad Arif syamsi sebagai pimpinan madrasah untuk membinah dan mengasuh madrasah tersebut sekaligus untuk dapat mewujudkan cita-cita masyarakat Desa Banemo dalam melanjutkan serta mengembangkan madrasah raudatul islam sebagai dasar pendidikan Agama yang fundamentil bagi anak-anak khususnya dan masyarakat Desa Banemo umumnya.
Tepatnya pada tangal 21 oktobar 1982 atas mufakat masyarakat dalam suatu rapat orang tua murid telah menaangkat kembali Al Ustad Arif Syamsi sebagai pimpinan madrsah untuk membina dan mengasuh masyarakat tersebut sekaligus untuk dapat mewujutkan cita-cita masyarakatdesa Banemo dalam melanjutkan serta mengembangkan madrasah raudatul islam sebagai dasar pendidikan yang fundamentil bagi anak –anak khususnya dan masyarakat desa banemo umumnya,
Hanya kepada ALLAH SWT, penyusun bermohon dengan penuh hidamt, walaupun madrasah tersebut yang jalanya tersendat-sendat serta penuh liku dan berbagai problematika yang di hadapi, kiranya Allah tetap berkenaan memberikan pantulan nur iman di hati masyarakat desa banemo, utamanya bagi para pengasuh dan Pembina yang terlibat didalamya untuk lebih melestarikan dan mengembangkan madrasah tersebut sebagai salah satu wadah dalm membentuk watak dan konsepsi pendidikan agama bagi kelangsungan pendidikan anak-anak dalam wilayah kecamatan patani gebe umumnya, bahkan anak-anak dalam dalam lingkungan masyarakat,
Adapun badan pengurus madrasah raudatul islam sejak berdirinya, yaitu terdiri dari
a. Pelinding / penasehat
1). Kepala kampung banemo (Almarhum Magrib Haruna)
2). Almarhum Habib Alhadar
b. Ketua : Said Umar Al Hadar (Almarhum)
c. Wakil ketua : Abd Rasid Abd Basyior (alm)
d. Sekertaris : Aryad S. Usman (alm)
e. Wakil sekertari : Harun Ence Abd. Rahim . (alm)
f. Bendahara : Imam Abd. Hamid Safar (alm)
g. Pembantu-pembantu :
1). Raden Moh. Tusen Morela (alm)
2). Aid Taher (alm)
3). Hairuddin Rongasala (alm)
4). Razak Kob (alm)
5) Baksir Moreala (alm)
Dari suatu kurun kekukurun berikutnya dengan membawa grafik perkembangan dan kemajuan, di samping pula perubahan dari suatu generasi selanjutnya, mada badan pengurus madrasah raudatul islam untuk periode 1982 /1984 adalh sebagai berikut:
a). Ketua : Ahmad Sidik
b). Sekertaris : Jamil Ismail
c). Bendahara : Haris Raden
Dibantu oleh dua orang anggota sebagai seksi operasional yang membidangi usaha dana, yaitu masing-masing Yahya Hi Musa dan Ridwan Jumat
Dari selayang pandang Madrasah Raudatul Islam diatas maka jelas bahwa madrasah Raudatul Isalam yang statusnya swasta serta swadaya masyarakat namun sumbangsinya sangat besar terhadap pembangunan mentalitas masyarakat desa banemo, utamanya dalam menanamkan pengetahuan agama, disamping menyadarkan masyarakat kearah sesembahan animisme ke sesembahan yang semestinya yakni kalimat tauhid. Dan menjadi satu-satunya madrasah tertua yang telah bertahan lama di daerah kabupaten Halmahera tengah sampai saat ini.
Dari sejak berdirinya Madrasah tersebut kurang lebih 69 tahun usianya mendapat bantuan dari :
1. Pemda yaitu tgl 14 april 1954 sebesar Rp. 4 200,- Dari departemen Agama Propinsi Irian Barat (soa sio)
2. Bupati kabupaten Halmahera tengah Bpk. A Malawat sebesar Rp. 100.000,- pada tanggal 12 juni 1976.
III. Madrasah Raudatul Islam dan Permasalahannya
Telah dijelaskan pada bab-bab terdahulu bahwa sejarah panjang telah dilewati sebelum Kemerdekaan Negara Ini dan Pecahnya Peran dunia ke II namun madrasah raudatul Islam tetap berjalan sebagaimana mestinya walau banyak kekurangan yang ada akan tetapi jiwa juang yang telah ditanam para pendiri telah membaja di hati masyarakat desa banemo sehingga madrasah dijadikan sebagai warisan pengetahuan tanpa batas. Lebih-lebih ini didasari karena focus madrasah raudatul islam dalam Da’wah islamiyah.
Permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh madrasah raudatul islam sehinnga tidak dapat menentukan sikap tersendiri dalam penyempurnaan Administrasi untuk menjadi pendidikan formal diantaranya adalah :
1. Fanatisme masyarakat desa banemo terhadap pendirinya, sehingga pendidikan tersebut yang walau belum dilengkapi dengan ijazah sebagai salah satu jenjang pendidikan formal namun bagi masyarakat telah mersa puas sebagai suatu pendidikan dasar keagamaan bagi anak-anak mereka.
2. Terbatasnya masalah financial yang diserap dari masyarakat, karena rata-rata masyarakat desa banemo berekonomi lemah.
3. Kesalah tafsiran masyarakat selaku orang tua murid, bahwa dalam urusan pendidikan adalah tanggung jawab sepenuhnya guru dalam semua aspek, baik secara internal maupun eksternal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar