SEKILAS SEJARAH RATU NUKILA

SEKILAS SEJARAH RATU NUKILA
Satu-Satunya Boki, Ratu Atau Raja Perempuan Pertama Dalam Sejarah Kerajaan Ternate

Diangkat dari Buku Asli
SEJAK LIMAU GAPI DI FARAMADIAHI
SAMPAI LIMAU JORE-JORE DI KOTA TERNATE

SEJARAH SINGKAT KADATO (ISTANA) KESULTANAN TERNATE
(MAHMUD RADJAB. SmHK)

Di Edit Sesuai Aslinya
dengan tujuan melestarikan sejarah emas Moloku Kie Raha (Jazirah tul Mulk)
Oleh :
Wirasuta Prince Abd. Rajak Faruk. A
Pnubono Baldan Ayatullah (Poetra Sang Fajar Timur)


Sepak terjang Ratu Nukila bermula saat meninggalnya Sultan Bayanullah, Ratu Nukila adalah anak dari sultan Almansuri dari kerajaan Duko/Tidore dan beliau adalah janda dari sultan Bayanullah yang mengambil alih pimpinan kerajaan Ternate menggantikan kepemimpinan suaminya sebagai perwakilan (Regentes) bagi Putranya Jalaluddin alias DEYALO/DEYAL karena pada waktu itu masih terlalu muda.
Ratu Nukila merupakan Boki, Ratu atau Raja Perempuan Pertama dan satu-satunyadalam sejarah Kerajaan Ternate yang memerintah bersama Puteranya Jalaluddin Deyal ± pada Tahun 1522-1533
Empat bulan sepeninggalan Sultan Bayanullah datanglah rombongan kapal dagang Portugis kedua dibawah Pimpinan Antonio de Brito, yang tiba di Ternate pada bulan Mei 1521.
Antonio de Brito, lalu menghadap kepada Ratu Nukila dan menjelaskan maksud kedatangannya yakni untuk mempererat persahabatan yang telah di rintis oleh Fransesca Serrao (yang datang di Ternate pada tahun 1512) atas undangan Sultan Bayanullah. Selain itu Antonio de Brito menjelaskan pula bahwa di di Tidore telah ada Bangsa Spanyol yang mendirikan Benteng yang merupakan ancaman bagi kerajaan Ternate, maka Ia meminta izin kepada Ratu Nukila untuk membangun sebua benteng di Gam Lamo/ Ternate. Dengan alasan keji itu akhirnya Ratu Nukila tanpa curiga sedikitpun memberi izin kepada Antonio de Brito untuk membangun benteng yang diberi nama “Santo Paolo” Benteng yang mulai dibangun pada tanggal 24 Juni 1522 selesai pada Tahun 1540. Dengan Panjang ± 1,5 km dan lebar ± 1,5 km.di dusun Sampelo/Kastela ke desa Jambula. Dilihat dari kemegahan dan luasnya benteng tersebut, sebenarnya bukanlah sekedar benteng tetapi tepatnya disebut “Kota Santo Paolo” yang kemudian karena indahnya oleh Bangsa Spanyol benteng tersebut di juluki “ NOSTRA SENORA DEL ROSARIO”. Santo Paolo adalah benteng pertama dan terbesar di Asia Tenggara.
Di dalam benteng itu pula dibangun gereja, sekolah dan Rumah Sakit sehingga benar-benar menjadi Kota Santo Paolo dengan pusatnya Gereja St. Petrus & Paulus serta Biara Peter Dominikan. Benteng santo paolo dijaga oleh 300 orang serdadu Portugis dengan persenjataan lengkap. Dan Gam Lamo/ ternate telah dipenuhi oleh orang-orang Portugis.
Ratu Nukila melihat perkembangan dan kegiatan-kegiatan Bangsa Portugis dan meyakini Antonio de Brito telah menghianati kesepakatan awal pendirian Benteng sebagai gudang penyimpanan barang-barang dagangan dan hasil rempah-rampah kini fungsi benteng bertambah menjadi Pusat Penyebaran Agama Khatolik dan nantinya akan dipakai sebagai alat untuk menguasai Gam Lamo/ Ternate.
Sejak Tahun 1523 Portugis mulai melakukan pengkhatolikan secara paksa terhadap Rakyat Ternate yang beragama Islam (yang kemudian dikenal dengan turunan Rompies, Marcus, Suntpiet) berasal dari masyarakat Tabanga. Pada Tahun 1527-1530 Jorge de Menezes secara terang-terangan mengkhatolikkan ummat islam di Mamuya dan Gamkonora di Halmahera secara Paksa.
Hal tersebut membuka mata Ratu Nukila, bahwa di Gam Lamo telah banyak anak Negeri yang murtad, lalu Beliau bersama anaknya berpinda dan menempati rumah pribadinya di desa Sasa & Gambesi yang dijaga oleh pasukan Heku &Cim. Dan berkat kemampuan diplomasi dari Ratu Nukila, maka daerah Islam di luar Gam Lamo dapat menguasai diri. Sehingga Misi Portugis untuk mengkhatolikkan seluruh Rakyat Ternate, Halmahera menjadi Gagal total.
Pada tahun 1532 portugis merasa selalu kalah dalam politik maupun Diplomasi serta strategi peperangan dengan kerajaan/ kesultanan Ternate yang pada waktu itu dipimpin oleh Ratu Nukila bersama Anaknya Jalaluddin Deyal. Maka Gonzales de Parcira membunuh Sultan Jalaluddin dengan jalan membubuhi Racun dalam makanan Sultan Jalaluddin saat menghadiri undangan Gonzales de Parcia saat dilantik menjadi Gubernur Portugis. Sesaat kemudian sultan Jalaluddin pun meninggal dunia. Kematian sultan Jalaluddin alias Deyal membuat keadaan menjadi tegang dan sangat mempengaruhi mental Ratu Nukila sehingga ditakutkan berpengaruh pada kepemimpinan beliau maka para bobato (Pembesar Kerajaan/ Wakil Rakyat) memohon agar beliau beristirahat, usul tersebut diterima oleh Ratu Nukila dan beliau berpindah ke Gam Malayu (sekarang, Soa Sio dan Kampung Makasar). Laskar perlawanan Rakyat yang sangat marah atas kematian Sultan Jalaluddin alias Deyal, maka rakyat lalu memilih Abu Hayat yang di kenal dengan nama Ba Heyat yang kemudian memimpin Kerajaan Ternate. Dan Rakyat berhasil membunuh Gonzales de Percira.

(Selanjutnya Sekedar Apresiasi)
Sekilas sepak terjang seorang Perempuan yang meimpin kerajaan/ kesultanan Ternate saat Anaknya yang ditunjuk menjadi Sultan masih berusia muda...
Kemudian Dimasa Sang Anaknya Sudah layak memimpin namun tetap bersama sang Bunda Memimpin Kerajaan/Kesultanan ternate untuk memerangi kekejaman Kaum Portugis.
Sejak 1522-1533 Ternate telah membuktikankan apa yang disebut dengan kesetaraan Gender dan sebagai bukti massa emas Emansipasi Perempuan Di Jaziratul Muluk moloku Kie Raha.
Itulah satu-satunya Pejuang Perempuan yang mengukir namanya dalam sejarah Emas Kerajaan/ Kesultanan Ternate.
Wassalam..